Oleh : Tito Suhendar, S.Si
Indonesia menghadapi dua permasalahan besar dalam membangunan pendidikan gratis yang berkualitas, masalah besar itu adalah manajemen sekolah dan sumber tenaga pendidik dalam hal ini guru. Membangun manajemen sekolah dan sumber tenaga guru bukan hanya masalah besar, namun juga masalah yang kompleks. Masalahnya tidak hanya terkait dengan masalah kebijakan dan teknis dari pemerintah seperti pemenuhan anggaran pendidikan 20% dari APBN, namun berkaitan juga dengan hal-hal yang lebih luas dan mendasar seperti: mental dalam membangun bangsa, serta pandangan tentang masa depan bangsa yang dicita-citakan.Apabila disimak, banyak negara yang mutu pendidikannya baik adalah bangsa-bangsa yang membangun kualitas pendidikannya tidak hanya berbasis pada pembangunan fisik, akan tetapi mereka membangun pendidikannya dengan membangun manajemen sekolah dan sumber daya guru. Kurangnya pemahaman terhadap pembangunan nonfisik inilah yang nampaknya menjadi salah satu sumber mengapa program sekolah gratis belum berhasil dengan baik, bahkan dapat dikatakan kualitas sekolah gratis mengalami penurunan dibandingkan dengan sekolah sebelum digratiskan.
Pembangunan dengan modal nonfisik inilah yang menjadi sumber dan tumpuan institusi lembaga pendidikan di negara-negara maju, seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan Singapura, serta tetangga serumpun Malaysia. Mereka memilih membangun masa depan pendidikannya dengan bertumpu pada manajemen sekolah dan kualitas sumber daya guru sebagai garda terdepan pembangun bangsa, sehingga inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa negara-negara tersebut secara sistematik mau melakukan invesatasi jauh lebih besar dalam menyiapkan manajemen sekolah dan sumber daya guru dibandingkan dengan Indonesia.
Dengan pembangunan nonfisik inilah maka institusi lembaga pendidikan di Indonesia dapat mengembangkan segala potensi kodrati anak didik, sehingga mereka akan memiliki potensi intelektual, emosional, dan berkemampuan berpikir logis secara optimal. Sebagaimana yang diharapkan oleh UU Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
Apabila dicermati untuk menyiapkan pendidikan gratis berkualitas dengan manjemen sekolah dan sumber daya guru yang handal dan dapat diandalkan, ada tiga jenis modal yang harus dimiliki institusi sekolah dan guru sehingga dianggap sangat besar perannya dalam membangun sekolah gratis yang berkualitas, yaitu: modal intelektual, modal sosial, dan kredibilitas.
Pada tataran individual modal intelektual seorang pendidik dalam hal ini seorang guru, mencakup kualifikasi akademik, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman seorang guru, atau yang secara umum disebut kompetensi guru. Pada tataran sekolah, modal intelektual merefleksikan tingkat penguasaan pengetahuan dan teknologi sekolah yang bersangkutan. Pengetahuan dan teknologi yang dimiliki sekolah telah menjadi sumber utama keberhasilan sekolah.
Namun kemampuan membangun pendidikan gratis berkualitas berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi menjadi lebih kecil atau terbatas apabila guru tidak bisa bekerja sama secara kreatif atau sekolah yang bersangkutan tidak bisa bekerja sama dengan pihak-pihak lain di luar kelompoknya. Kemampuan bekerja sama diantara guru dan luasnya jaringan kerja sama sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu membangun pendidikan berkualitas, hal itu merupakan unsur-unsur utama modal sosial.
Kredibilitas merupakan bagian dari modal maya yang sangat diperlukan agar modal intelektual dan modal sosial dapat meciptakan nilai positif lebih banyak. Seorang guru atau lembaga sekolah yang tidak dapat dipercaya atau tidak credible maka akan tehambat perkembangannya dalam membangun pendidikan gratis berkualitas walaupun modal intelektual dan modal sosialnya tinggi.
Perlu digaris bawahi, bahwa ketiga unsur utama modal nonfisik yang disebutkan di atas tidak dapat berdiri sendiri dan haruslah melekat pada sekolah dan sumber daya guru. Pada dasarnya semua keberhasilan yang bersumber pada guru dan sekolah dapat dikerahkan untuk menciptakan pendidikan gratis berkualitas. Jadi semakin jelas bahwa sekolah berkualitas pada abad 21 ini adalah sekolah yang dibangun dan di kembangkan oleh manajemen sekolah dan guru yang berkualitas.
mantap pa Tito....Lanjutkan!!!
BalasHapus