Tanggal 24 dan 25 Nopember ini menjadi hari yang istimewa untuk kelas 2B. Mengapa? Karena kelas 2B kebagian solat duha di sekolah.
Ya... Ini kali
pertamanya mereka solat berjamaah di sekolah. Kok, berjamaah? Betul sekali,
solat duha di SD Juara Bandung dilakukan dengan berjamaah dan suaranya
dikeraskan. Semuanya semata-mata sebagai bentuk pembelajaran dan pembiasaan.
Di hari Rabu, ada
Bang Arga yang menjadi imam. Dengan peci UAS warna abunya sesuai dengan celana
seragam yang digunakan, terlihat gagah.
Solat Duha
dilakukan berjamaah dan bacaannya dikeraskan. Bu Ida sebagi walas ditemani Kak
Elma pengajar TiTiQ, membimbing semua bacaannya. Mulai dari takbiratul ihram
sampai akhir doa solat Duha. Panjaaaang... Sampai membutuhkan waktu 30 menit.
Uuhh... Lumayan...
Membuat tenggorokan Bu Ida dan Kak Elma kering.
Selesai solat,
langsung ke kelas.
“Silakan minum”,
Bu Ida yang kehausan pun langsung menyuruh anak-anak minum sekaligus membuka
tutup tempat minumnya dan langsung glek.. glek... glek.
Baru saja duduk,
anak-anak langsung berhamburan ke depan menuju meja Bu Ida dengan membawa
sesuatu. Ya... Mereka memberikan tanda cinta mereka untuk Bu Ida di Hari Guru.
“Selamat Hari
Guru, Bu Ida....” Serempak mereka berucap.
Bu Ida yang baru
selesai minum, terkaget-kaget. Matanya berbinar kemudian mengabur terhalang
oleh genangan yang mulai muncul. Senyum pun terkembang.
“Terima kasih...”
Ditahannya genangan yang sudah hampir jatuh.
“Sini, Bu Ida
ingin peluk.” Anak-anak putri pun dikumpulkan dalam pelukannya. “Ya, Allaah...
Bahagianya....” terucap jauh di lubuk hatinya.
“Maaf, ya... anak
laki-laki tidak Bu Ida peluk, sudah lebih dari 5 tahun.” Begitu ujar Bu Ida.
“Terima kasih
anak-anakku...” Sekali lagi Bu Ida mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Kemudian
pembelajaran pun dilakukan seperti biasa. Diawali dengan TiTiQ, masuk kemudian
pembelajaran BSL bersama Bu Sonia. Asyiiik... Karena Bu Sonia itu belajarnya
banyak game.
Selesai
pembelajaran, ada dua orang anak yang akan ujian UMMI, yaitu Kimi dan Ziyan.
Dan ternyata, di
bawah, ada beberapa orang tua kelas 2B yang sudah hadir di sekolah. Ternyata
mereka memberikan kejutan juga untuk sekolah. Ada tanda mata dari para Bunda
yang diberikan oleh ketua POM kelas kepada Pak Tito sebagai kepala sekolah.
Indah... Tersungging senyum di wajah Pak Tito. Dan kembali senyum pun
terkembang di wajah Bu Ida.
Masuk kembali ke
ruang guru, Alhamdulillaah... Kimi dan Ziyan lulus. Senyum pun semakin
terkembang di wajah Bu Ida, sang Wali kelas.
Sampai kemudian
para orang tua dan anak-anak meninggalkan sekolah... Senyum tetap terkembang di
wajah Bu Ida.
Hari Kamis,
bagian kedua untuk solat duha. Bu Ida terdahului oleh beberapa anak yang sangat
bersemangat untuk sekolah. Baru turun dari motor, sudah disambut teriakan dan
salam. Waah... hari ini pasti akan sangat bersemangat.
Anak-anak
menyimpan tas ke kelas, kemudian turun kembali membawa alat solatnya. Mesjid
menjadi tujuan. Berwudu pun dilakukan, karena ternyata banyak yang belum
berwudu di rumah.
Penjelasan
tentang solat duha pun Bu Ida sampaikan, karena memang ini pengalaman perdana
untuk anak-anak. Tak bisa diam di tempat. Kelompok hari Kamis ini lebih heboh
dibanding kelompok hari Rabu kemarin. Teriakan Bu Ida harus lebih keras
dibanding kemarin. Hi..hi..hi...
Ada A Ail yang
menjadi imam. Meskipun badannya paling kecil, tetapi semua teman sepakat A Ail yang menjadi imam karena bacaan dan
hafalan Qurannya paling bagus. Solat duha pun dilaksanakan.
Selesai solat dan
doa, keluar dari mesjid anak-anak berebut. Memakai sepatu membutuhkan waktu
agak lama untuk anak laki-laki. Sementara untuk anak putri, ada yang mengaku
belum bisa melipat mukena. Bu Ida kemudian membimbing untuk melipat mukena
dengan dicontohkan.
Naik ke kelas,
diawali doa kemudian TiTiQ. Karena hari ini pelajaran Bu Ida, jadi untuk waktu
lebih leluasa.
Selesai TiTiQ, Bu
Ida mengajak anak-anak ke bawah menuju gerbang. Ya, yang PTM belajar hari ini
belajar pola bangun ruang. Lingkungan sekolah menjadi media pembelajaran yang
efektif untuk materi ini.
Dari gerbang, Bu
Ida ajak anak-anak ke mesjid. Buka sepatu lagi. Di dalam mesjid kemudian ke
tempat wudu. Keluar, memakai sepatu lagi, dan pergi menuju selasar gedung baru.
Di bawa lagi ke belakang gedung baru.
Waah... banyak
sekali media yang bisa dimanfaatkan. Cape? Lelah? Ya... tapi anak-anak terlihat
senang. Senyum pun terkembang di wajah Bu Ida.
Naik lagi, dan
masuk ke kelas. Kali ini tentu saja pengerjaan tugasnya, tentang pola bangun
ruang. Dari 13 anak yang hadir PTM, 10 orang bisa mengerjakan tugas langsung
betul semua. Hadiah pun Bu Ida berikan sebagai apresiasi. Dan... kembali senyum
pun terkembang di wajah Bu Ida.
Selesai
pembelajaran, ditutup dengan doa.
“Wuihhhh,
lelahnya... Alhamdulillah selesai”, Begitu batin Bu Ida.
“Selamat Hari
Guru Bu Ida...” Tiba-tiba anak-anak kembali berhamburan menuju meja Bu Ida
dengan membawa “karangan bunga”. Bu Ida yang kelelahan, kembali kaget. Bahagia.
“Bu Ida baca
kertas aku, aku buat sendiri”, Ghozi berujar.
Ketas HVS putih
ukuran A4 yang terlipat-lipat itu pun diambil Bu Ida dan kemudian “Bu Ida
Selamat Hari Guru”, isinya dibacakan. Tanpa diperintah, pandangan mengabur
karena genangan air muncul.
“Terima kasih,
anak-anak...”
“Eh, Kak Keela
kenapa?” Spontan Bu Ida berteriak dan beranjak dari tempat duduk ketika melihat
salah satu muridnya masih di kursinya sibuk dengan sesuatu.
“Ini pada copot.
Aku buat ini sama Mamam untuk Bu Ida...” Begitu selorohnya.
Pelukan, itu
jawaban Bu Ida kepada Keela. Dan berbisik, “Terima kasih, Solihah...”
Bu Ida pun bantu
merapikan tanda cinta Keela untuk dirinya itu.
Mmmhhh...
Senyum pun
kembali terkembang di wajah Bu Ida.
Menjadi guru yang
berbahagia di kelas 2B.
Terima kasih
anak-anakku... Terima kasih para Bunda ... Untuk semua rasa cinta, perhatian,
dukungan, partnership juga hadiah-hadiahnya untuk kami para guru.
Love you all...
MasyaAlloh..🥰
BalasHapus