Salah satu metode
pembelajaran yang banyak dilakukan saat ini adalah Project Based Learning atau
pembelajaran berbasis proyek, yaitu pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar (wikipedia).
Di SD Juara
Bandung, metode ini pun dilakukan, bahkan ditambah. Project Based Learning
(PBL)nya harus dilakukan berdasarkan “masalah” yang ada.
Salah satu
masalah yang terlihat di kelas 2B, akibat PTMT 50% (sepertinya), adalah
hubungan antar teman. Beberapa anak merasa nyaman hanya dengan anak-anak
tertentu. Ketika dipisah, banyak sekali yang terjadi. Diam, cuek, bahkan sampai
ada yang muntah setiap hari.
Tentu hal ini
tidak boleh dibiarkan.
Terpikirlah
membuat kemoceng akan dilakukan sebagai PBL di kelas 2B. Mengapa kemoceng?
Kesabaran,
ketekunan, saling faham, saling kenal, dan kerjasama, itu yang diharapkan
muncul dari anak-anak. Dan dalam membuat kemoceng, semua itu harus ada dan insyaAllah
bisa muncul.
Diawali dengan
pembagian kelompok. Anak-anak mengambil amplop dengan warna yang berbeda. Satu
kelompok beranggotakan 7 orang. Ya, jadi ada 4 kelompok.
Dilanjut dengan game.
Game ini berupaya menumbuhkan keuletan, ketangguhan dan kerjasama di
antara anak-anak. Sebelum dimulai, anak-anak diberi tantangan dulu, kalau yang
boleh ikutan hanya mereka yang kuat dan tidak cengeng. Anak-anak antusias,
dong! Dan, hasilnya menakjubkan!
Ya, bagaimana
tidak??! Empat orang anak kelas 2 bisa mengangkat temannya yang berbobot 70 kg!
MaasyaaAllaah...
Masuk langkah
kedua. Pengenalan dan informasi tentang kemoceng dan cara pembuatannya.
Samaaa... Game digunakan di sesi ini. Asyik... semua anak berlari naik
turun hanya untuk mencari harta karun yang dimaksud (kemoceng) yang sudah
disiapkan di tempat tertentu. Setelah didapat anak-anak mengeksplorasi kemoceng
itu. Lembar Kerja pun disii. Pembelajaran PKn ada di sini. Menceritakan
pengalaman melakukan kegiatan yang mencerminkan persatuan dalam keberagaman di
sekolah.
Selanjutnya, anak-anak
menyimak video pembuatan kemoceng, dan kemudian menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia ada di sini. Penggunaan huruf kapital
dan tanda titik.
Langkah ketiga,
mulai masuk ke pembuatan kemoceng. Setiap 2 orang anak diminta memilih satu
warna tali rafia yang sudah disiapkan. Mereka bersepakat, memilih, kemudian
membuka gulungan rafia, mengukur dan membaginya menjadi dua dengan ukuran yang
sama. Ada yang sampai 22 m. Seruuuu! Karena anak-anak belum pernah mengukur
sepanjang itu. Di sini ada pembelajaran matematika, mengukur dengan menggunakan
satuan baku.
Selanjutnya,
memotong-motong rafia yang sudah didapat dengan ukuran 18 cm. Ada berbagai cara
yang dilakukan anak-anak. Ada yang mengukur dengan penggaris sepanjang 18 cm
kemudian mengguntingnya dan melakukannya berulang. Ada yang mengukur sepanjang
18 cm, kemudian melipat-lipatnya sampai rafia habis, baru menggunting-guntingnya.
Ada yang mengukur dulu 18 cm lalu mengguntingnya dan kemudian menjadikan rafia
itu alat ukur menggunting rafia berikutnya. Wah, bermacam cara. Tapi semua
punya tujuan sama. Mendapatkan potongan-potongan rafia sepanjang 18 cm.
Potongan-potongan
rafia itu kemudian diikat di benang kasur yang telah dibentangkan. Di sini,
keuletan dan kesabaran yang diuji. Ada anak yang langsung bisa mengikatkan, ada
juga yang harus berkali-kali diberi contoh. Bahkan sampai diajari oleh teman
lainnya. Ada yang dengan mudah mengikatkan, ada juga yang ternyata bisa, tapi
dengan cara yang sangat lama. Setiap anak punya cara dan gayanya masing-masing.
Yang pasti, semuanya membutuhkan proses.
Dan, tugas ketua
kelompok teruji di sini. Pengaturan warna rafia agar jadi kemoceng yang cantik,
jadi tujuannya.
Selesai mengikat
semua potongan rafia di benang kasur, saatnya menyuwir-nyuwir rafia menjadi
helaian yang lebih kecil dan lebih halus. Kembali, keuletan dan kesabaran
anak-anak diuji di sini. Beberapa anak bahkan tertusuk paku pin yang digunakan
untuk menyuwir-nyuwir rafia. Dengan berbagai gaya mereka melakukannya. Ada yang
duduk, setengah duduk, bahkah tengkurap.
Tersenyum...
Pasti, kalau melihat gaya dan ulah mereka.
Selesai
menyuwir-nyuwir, saatnya menggulungnya menjadi kemoceng di bilah kayu yang
sudah disiapkan. Wah... tiap kelompok ternyata punya gaya masing-masing juga.
Dan...
Taraaaaa... Akhirnya selesai juga!
Proyek kemoceng
ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan. Dengan berbagai usaha, keuletan, dan
kesabaran anak-anak, kemoceng cantik pun selesai. Ada kebanggaan yang meronta
di dada melihat anak-anak bangga dengan hasil kerja mereka. Semoga anak-anak
selalu bisa sabar, ulet, mampu bekerjasama dan saling membantu dalam kehidupan
di masa depan mereka seperti ketika mereka membuat kemoceng ini. Aaamiiin.
Dan, inilah
kemoceng kami!
0 komentar: