Selasa, 10 Mei 2022

Inilah Kemoceng Kami!


Salah satu metode pembelajaran yang banyak dilakukan saat ini adalah Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek, yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (wikipedia).

Di SD Juara Bandung, metode ini pun dilakukan, bahkan ditambah. Project Based Learning (PBL)nya harus dilakukan berdasarkan “masalah” yang ada.

Salah satu masalah yang terlihat di kelas 2B, akibat PTMT 50% (sepertinya), adalah hubungan antar teman. Beberapa anak merasa nyaman hanya dengan anak-anak tertentu. Ketika dipisah, banyak sekali yang terjadi. Diam, cuek, bahkan sampai ada yang muntah setiap hari.

Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan.

Terpikirlah membuat kemoceng akan dilakukan sebagai PBL di kelas 2B. Mengapa kemoceng?

Kesabaran, ketekunan, saling faham, saling kenal, dan kerjasama, itu yang diharapkan muncul dari anak-anak. Dan dalam membuat kemoceng, semua itu harus ada dan insyaAllah bisa muncul.

Diawali dengan pembagian kelompok. Anak-anak mengambil amplop dengan warna yang berbeda. Satu kelompok beranggotakan 7 orang. Ya, jadi ada 4 kelompok.

Dilanjut dengan game. Game ini berupaya menumbuhkan keuletan, ketangguhan dan kerjasama di antara anak-anak. Sebelum dimulai, anak-anak diberi tantangan dulu, kalau yang boleh ikutan hanya mereka yang kuat dan tidak cengeng. Anak-anak antusias, dong! Dan, hasilnya menakjubkan!

Ya, bagaimana tidak??! Empat orang anak kelas 2 bisa mengangkat temannya yang berbobot 70 kg! MaasyaaAllaah...

Masuk langkah kedua. Pengenalan dan informasi tentang kemoceng dan cara pembuatannya. Samaaa... Game digunakan di sesi ini. Asyik... semua anak berlari naik turun hanya untuk mencari harta karun yang dimaksud (kemoceng) yang sudah disiapkan di tempat tertentu. Setelah didapat anak-anak mengeksplorasi kemoceng itu. Lembar Kerja pun disii. Pembelajaran PKn ada di sini. Menceritakan pengalaman melakukan kegiatan yang mencerminkan persatuan dalam keberagaman di sekolah.

Selanjutnya, anak-anak menyimak video pembuatan kemoceng, dan kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia ada di sini. Penggunaan huruf kapital dan tanda titik.

Langkah ketiga, mulai masuk ke pembuatan kemoceng. Setiap 2 orang anak diminta memilih satu warna tali rafia yang sudah disiapkan. Mereka bersepakat, memilih, kemudian membuka gulungan rafia, mengukur dan membaginya menjadi dua dengan ukuran yang sama. Ada yang sampai 22 m. Seruuuu! Karena anak-anak belum pernah mengukur sepanjang itu. Di sini ada pembelajaran matematika, mengukur dengan menggunakan satuan baku.

Selanjutnya, memotong-motong rafia yang sudah didapat dengan ukuran 18 cm. Ada berbagai cara yang dilakukan anak-anak. Ada yang mengukur dengan penggaris sepanjang 18 cm kemudian mengguntingnya dan melakukannya berulang. Ada yang mengukur sepanjang 18 cm, kemudian melipat-lipatnya sampai rafia habis, baru menggunting-guntingnya. Ada yang mengukur dulu 18 cm lalu mengguntingnya dan kemudian menjadikan rafia itu alat ukur menggunting rafia berikutnya. Wah, bermacam cara. Tapi semua punya tujuan sama. Mendapatkan potongan-potongan rafia sepanjang 18 cm.

Potongan-potongan rafia itu kemudian diikat di benang kasur yang telah dibentangkan. Di sini, keuletan dan kesabaran yang diuji. Ada anak yang langsung bisa mengikatkan, ada juga yang harus berkali-kali diberi contoh. Bahkan sampai diajari oleh teman lainnya. Ada yang dengan mudah mengikatkan, ada juga yang ternyata bisa, tapi dengan cara yang sangat lama. Setiap anak punya cara dan gayanya masing-masing. Yang pasti, semuanya membutuhkan proses.

Dan, tugas ketua kelompok teruji di sini. Pengaturan warna rafia agar jadi kemoceng yang cantik, jadi tujuannya.

Selesai mengikat semua potongan rafia di benang kasur, saatnya menyuwir-nyuwir rafia menjadi helaian yang lebih kecil dan lebih halus. Kembali, keuletan dan kesabaran anak-anak diuji di sini. Beberapa anak bahkan tertusuk paku pin yang digunakan untuk menyuwir-nyuwir rafia. Dengan berbagai gaya mereka melakukannya. Ada yang duduk, setengah duduk, bahkah tengkurap.

Tersenyum... Pasti, kalau melihat gaya dan ulah mereka.

Selesai menyuwir-nyuwir, saatnya menggulungnya menjadi kemoceng di bilah kayu yang sudah disiapkan. Wah... tiap kelompok ternyata punya gaya masing-masing juga.

Dan... Taraaaaa... Akhirnya selesai juga!

Proyek kemoceng ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan. Dengan berbagai usaha, keuletan, dan kesabaran anak-anak, kemoceng cantik pun selesai. Ada kebanggaan yang meronta di dada melihat anak-anak bangga dengan hasil kerja mereka. Semoga anak-anak selalu bisa sabar, ulet, mampu bekerjasama dan saling membantu dalam kehidupan di masa depan mereka seperti ketika mereka membuat kemoceng ini. Aaamiiin.

Dan, inilah kemoceng kami!

 










SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: