Hari Senin lalu, Bu Dewi membagikan kulit jagung di kelas. Lho, kok Bu Dewi??! Iya, Bu dewi, wali kelas 2A. Beliau menggantikan Bu Ida yang tidak masuk karena sedang menunggui putrinya dirawat di rumah sakit.
Kulit jagungnya
sekarung, lho! Kami semua diminta mengambil masing-masing.
“Nanti di rumah
dipotong ujung-ujungnya, ya. Lalu dijemur. Nanti hari Kamis dibawa lagi ke
sekolah.” Begitu perintah dari Bu Dewi.
Aku mengambil
satu. Begitu juga teman-temanku yang lain. Tapi... Ada yang membuang kulit jagungnya, lho! Temanku ini menangis gara-gara di kulit jagungnya ada semut. Hihi.. Lucu, ya! Ah,
bairkan sajalah. Nanti kan dia sendiri yang rugi kalau Kamis tidak membawa.
Sesampainya di
rumah, kulit jagung itu langsung kupotong ujung-ujungnya dan kujemur. Tapi...
Cuaca kurang bersahabat. Mendung. Besok lagi sajalah jemurnya.
Ketika hari
Selasa, aku lupa meminta bantuan Bunda untuk menjemur. Akunya kan sekolah. Tapi
tak apa. Kan ini tugas aku. “Selama bisa dan tidak berbahaya, lakukan sendiri,
ya.” Begitu Bu Ida sering bilang. Untung hari Rabu libur, jadi aku bisa
menjemur kulit jagungku. Alhamdulillah kering, tapi... Kok merintil-merintil?
Memang begini, mungkin...
Hari Kamis pagi,
seperti biasa aku sekolah. Wah... Sudah tiga hari tidak bertemu Bu Ida, nih.
Aku rindu. Bahkan ada temanku yang sepertinya cemas dan gugup kalau Bu Ida
tidak ada. Kasihan.
“Assalaamu’alaykum!”
Suara lantang di pintu seperti aku kenal.
“Ye... Bu Ida!”
Kami semua bersorak dan lari menuju Bu Ida. Kami peluk beliau. Beliau pun balas
memeluk kami. Wah kalau ke anak-anak putri meluknya erat sekali sepertinya.
“Bu Ida rindu
kalian” Lantang Bu Ida berbicara.
“Kita juga, Bu.”
Seru kami hampir bersamaan.
“ Ok, bawa kulit
jagungnya? Silakan keluarkan! Kita akan membuat prakarya dari kulit jagung ini,
ya.” Pertama, pikirkan kalian akan membuat apa. Kemudian gambar di kertas,
gunting, lalu jiplak di kulit jagung seperti ini. Setelahnya baru tempel di
kertas karton hitam ini. Jreng jreng... Jadi!” Begitu Bu Ida memberikan
intruksi.
Tapi, ada
seseorang yang kemudian mendekati Bu Ida. Berbisik ke Bu Ida. Kemudian, “Wah,
Bu Ida senang ada murid Bu Ida yang mau
berbagi. Ada yang kulit jagungnya hilang, eh ada temannya yang mau berbagi. MasyaaAllah.
Semoga Allah jadikan kalian anak-anak yang suka berbagi.” Kata Bu Ida lagi. Oh,
ternyata itu. Eh, yang tidak mengambil kulit jagung waktu hari Senin, kok
sekarang bawa?
“Lemnya ada di
depan, ya. Yang mau ngelem ke depan saja!” teriak Bu Ida lagi.
Kami pun asyik
dengan tugas kami. Membuat gambar di kertas, mengguntingnya, mencetak di kulit
jagung, mengguntingnya, lalu menempel di kertas karton hitam. Dan..., selesai. Alhamdulillaah.
0 komentar: